Dua minggu terakhir ini perhatian dunia tertuju pada wilayah Bakhmut, sebuah kota yang sudah tidak berpenghuni lagi tapi menjadi medan perang seru dan banyak rekaman video drone yang beredar di media sosial merekam pertempuran antara Ukraian dan Rusia.
Presiden Volodymyr Zelensky menyebut Bakhmut sebagai “benteng” moral Ukraina. Yevhen menunjukkan tekad pantang menyerah itu. “Tujuan dari Bakhmut ialah menjaga musuh tetap posisinya,” katanya.
Harapan Ukraina ialah pertempuran untuk Bakhmut dapat menumpulkan kemampuan Rusia untuk melakukan operasi ofensifnya sendiri, serta menghabiskan tentara dan persediaannya
Bakhmut sendiri sudah tidak berpenghuni, kondisinya kotanya sudah hancur lebur. Melihat kota yang sudah ‘tinggal tulang’ ini, sulit dipahami mengapa kedua pihak bisa mengorbankan begitu banyak nyawa untuk memperebutkannya.
Pengamat perang dari pihak NATO memprediksi ada sekitar 20.000 tentara Rusia yang tewas di sana dan sedikitnya 5.000 personel militer Ukraina juga meregang nyawa.
Rusia telah berusaha merebut Bakhmut selama berbulan-bulan, dan sejauh ini kota tersebut telah menjadi saksi akan tekad Ukraina untuk tidak menyerah. Tetapi ia juga adalah pengingat bahwa serangan baliknya bisa jadi akan lebih menantang.
Pasukan Wagner yang dahulu diterjunkan Rusia, sekarang ini sudah digantikan oleh pasukan terjun payung VDV, atau pasukan lintas udara Rusia. Tapi mereka masih terjebak dalam pertempuran sehari-hari. Tentara Ukraina memiliki lebih banyak drone dan amunisi, mereka bisa menggempur posisi Rusia seharian penuh.
Posting Komentar untuk "20.000 Tentara Rusia Tewas di Bakhmut Ukraina"