Rusia bolehbdibioang telat dalam pengembangan Unmaned Air Vehicle (UAV) atau Drone dengan kemampun serangan meluncurkan bom atau rudal.
Dikutip dari rbth.id, Rusia akhirnya merilis Orion drone kelas jarak jauh ketinggian menengah atau MALE (Medium Altitude Long Endurance). Saat ini, tiga unit drone Orion pertama telah bergabung dengan satuan militer Rusia, sementara sisanya akan segera bergabung dalam waktu dekat.
Orion memiliki berat lepas landas satu ton. Muatannya bisa mencapai 200-250 kg. Dengan kecepatan jelajah mencapai 120 km/jam, sedangkan kecepatan maksimumnya belum diketahui. Altitude mampu mencapai 7,5KM dan diklaim mampu mengudara hingga 24 jam.
Drone Orion dirancang untuk membawa dan menembakkan rudal serta beberapa jenis bom tertentu. Amunisi kaliber kecil juga dikembangkan khusus untuk Orion, sesuai dengan kapasitas muatan pesawat nirawak tersebut.
Orion akan dilengkapi dengan rudal-rudal udara. Amunisi ini dibuat dalam kaliber 20 dan 50 kg. Rencananya, yang utama adalah bom udara UPAB-50 dengan hulu ledak dari sistem roket Grad. Muatan serupa juga terdapat pada (bom) KAB-50 yang bisa dilengkapi dengan radar pelacak inframerah, video, dan laser. Ada (juga) bom FAB-50 yang disederhanakan.
Bom terkecil dalam kelas ini adalah KAB-20. Beratnya sekitar 21 kg dan memuat 7 kg bahan peledak.
Insinyur-insinyur Rusia menciptakan rudal X-50 khusus untuk drone ini. Senjata ini memiliki panjang 1,8 meter dengan tubuh berdiameter 180 mm. Bobotnya 50 kg, tetapi hampir separuhnya merupakan massa hulu ledak.
Posting Komentar untuk "Orion Drone Tempur Pertama Buatan Rusia"