Sebuah berita dirilis oleh media India, hindustantimes.com yang menyebut bahwa China telah mempersenjatai dua kelompok pemberontak di Myanmar untuk menganggu kerjasama strategis Myanmar dan India.
Kelompok pemberontak tersebut adalah Arakan Army dan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) yang selama ini selalu aktif menyerang proyek transportasi Kaladan yang menghubungkan India dan Myanmar.
Kelompok Arakan Army sendiri berbasis di Kachine State yang pada tahun 2019 lalu tercatat ada 600 kali bentrok dengan pasukan Myanmar, sebagian besar lokasi bentrokan di dekat proyek Kaladan senilai $480 Juta (Rp7 Triliun).
Para pemberontak sering kali melakukan penyerangan terhadap kendaraan kendaraan membawa pengiriman bahan untuk infrastruktur, yang dimana proyek itu dikatakan hampir selesai pada tahun 2019 lalu.
Pada tanggal 23 Juni, militer Thailand menyita kiriman senjata buatan Tiongkok, termasuk senapan serbu AK-47, di distrik Mae Sot yang berbatasan dengan negara bagian Karen di Myanmar. Senjata senjata itu, senilai 30 juta baht hampir $1 Juta, dimaksudkan untuk disuplai ke Arakan Army dan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) di Rakhine. Sameer Patil, pengamat studi keamanan internasional di Gateway House, mengatakan tampaknya China berusaha merusak kelangsungan proyek Kaladan dikarenakan menguntungkan India.
Ada juga laporan bahwa pengiriman besar senjata buatan China diselundupkan ke negara bagian Rakhine melalui pantai Monakhali dekat persimpangan Myanmar dan Bangladesh pada Minggu ketiga Februari tahun ini.
Arakan Army sendiri diperkirakn mempunyai kekuatan 20.000 personel dengan kemampuan militer yang cukup mumpuni. Dibentuk sejak tahun 2009 untuk memerdekakan wilayah Arakan dari Myanmar. Etnis Arakan sendiri adalah minoritas terbesar di Myanmar.
Sedangkan ARSA adalah wadah perjuangan etnis muslim Rohingya berdiri sejak 2013. Organisasi ini diperkirakan berkekuatan 1000 personel bersenjata.
Posting Komentar untuk "China Dituding Persenjatai Pemberontak Muslim Di Myanmar"